Negara jajahan Belanda dulunya merupakan bagian dari Kerajaan Belanda.
Kerajaan diatur oleh Menteri, termasuk Menteri Negara Jajahan. Menteri ini memiliki lokasinya sendiri, di alamat Plein 1 dekat pintu masuk Het Binnenhof, dan semua komunikasi administratif dengan negara jajahan dilakukan lewat sini.
Sepanjang abad ke-19, komunikasi menjadi lebih sederhana dan cepat berkat kemajuan teknologi. Adanya pengenalan terhadap kapal uap, telegraf, dan telepon, lalu lintas antara Belanda dan negara jajahan terus berkembang, dan lebih banyak pejabat Indonesia berangkat ke Den Haag untuk tinggal dan bekerja di sana. Mereka masuk membawa budaya mereka, termasuk masakan India.
Bangsa Belanda jadi mengenal restoran Indonesia dan pasar istimewa, yang dinamai pasar, dan juga toko. Selain itu, juga hotel dan pesanggrahan untuk semua orang yang memiliki ikatan istimewa dengan negara jajahan. Den Haag merupakan pusat bisnis negara jajahan, dan identitas Indonesia yang kuat berkembang pada kota tersebut.
Gambar di bawah menunjukkan Jacobus Petrus Sprenger van Eijk. Ia adalah Menteri Negara Jajahan dari tahun 1884 hingga 1888. Sebagai anak pengkhotbah, pertama-tama, ia meniti karir di Hindia Belanda, dan kemudian, ia datang untuk bekerja di Belanda di Plein 1. Nantinya, ia menjadi Menteri Keuangan, dan ia mengakhiri karirnya sebagai direktur jenderal Kereta Api Nasional.